Friday, October 24, 2014

Anakku...

Disaat seluruh rasa menjadi tak karuan, disaat hati dan pikiran menjadi tak tenang, disaat otak tak mampu berpikir apakah ini jalan yang terbaik?

Seperti itulah perasaan Bunda sehari sebelum kelahiran kamu. Kamu yang selalu Bunda nantikan belakangan itu. Kamu yang selalu jadi penyemangat hidup Bunda ketika lelah mejalani masa kehamilan yang penuh drama. Kamu yang selalu membuat Bunda tidak nyenyak tidur karena keaktifanmu. Kamu yang selalu menguatkan Bunda. 

Ya kamu, Fachry Azka Pratama. 

Anak lelaki pertama Bunda, jantung hati Bunda, peretas gundah Bunda, penyemangat Bunda, segalanya buat Bunda. 

Senin, 22 September 2014 mungkin bukan hari yang tepat untuk memeriksakan kehamilan. Karena prediksi dokter saat itu malah melemahkan kekuatan Bunda. Janin yang terlalu besar lah (3.8kg), plasenta yang rusak lah, apapun yang Bunda makan nggak masuk ke kamu, benar benar hari yang mengecewakan. Karena kecemasan yang berlebihan dan karena saran dokter, malam itu Bunda berniat untuk diinduksi. Sudah menunggu kira kira 7 jam tanpa tidur dari jam 9 malam hingga 4 subuh. Tapi kamu kelihatannya belum ingin keluar dari rahim Bunda. Karena hal itu, esok paginya Bunda dioperasi. 

Selasa, 23 September 2014.
Pagi itu dingin sekali rasanya, saat perawat masuk keruangan untuk mengingatkan bahwa operasi sebentar lagi akan dilakukan. Tanpa terasa Bunda sudah berada diruangan operasi bersama seorang dokter kandungan wanita dan empat orang dokter laki laki lainnya. Sepertinya dokter anastesi dan dokter bedah. Tanpa menunggu lama, jarum suntik itu masuk kepunggung Bunda dan saat itu juga badan mulai mati rasa. Dari perut hingga kaki mati rasa. Dokter mulai melakukan pembedahan, mereka melakukannya sambil bercerita. Sehingga tanpa disadari kamu sudah lahir sayang. Saat mereka berkata "selamat ibu, bayi nya sehat laki laki". Kamu langsung dilihatkan ke arah Bunda, dan saat itu kamu menangis. Suara tangisan mu memecahkan tangisan Bunda. Bahagia sekali melihat kamu masih berlumuran lemak, baru keluar dari rahim Bunda, dan langsung menangis. Rasanya Bunda ingin sekali mendekapmu, memberimu kehangatan, namun kamu harus segera bertemu Ayah untuk diperkenalkan dengan suara Adzan, dengan Allah dan agama mu. 

Kini, kamu sudah berusia satu bulan, tanpa terasa perkembanganmu cukup baik. Bunda telah melewati semua kegundahan saat merawat mu ketika baru lahir. ASI yang tidak banyak, keterbatasan gerak pasca operasi, kamu yang saat itu didiagnosa kena penyakit kuning, semuanya membuat Bunda menyerah. Hanya menangis yang bisa Bunda lakukan. Itulah masa sulit Bunda saat merawatmu. Alhamdulillah Ayah selalu membantu dan menyemangati Bunda. Ayah tidak pernah mengeluh, dia melakukan semua yang tak bisa Bunda lakukan. Keterbatasan pasca operasi ini mematikan langkah Bunda. Ayah mu sungguh luar biasa sayang, lelaki yang bertanggung jawab. Kelak, kamu harus seperti Ayah, menjadi suami bertanggung jawab terhadap keluarganya. Ayah dan Azka adalah lelaki Bunda. 

Doa Bunda untuk Azka, selalu menjadi anak kebanggaan Ayah dan Bunda ya sayang. Anak sholeh yang takut sama Allah, yang cinta dengan agama, berbakti kepada Ayah dan Bunda, sayang keluarga. 

Ayah dan Bunda berjanji akan memberikan kamu kehidupan yang baik, aman, nyaman. Tuntutlah ilmu kemana saja kamu inginkan, buat bangga keluarga dengan prestasimu. Kami pasti akan selalu mendoakan dan mendukung setiap langkahmu. 

With love, 
Ayah & Bunda.