Monday, December 16, 2013

Menunggu sesuatu yang seharusnya ditunggu.

Awal cerita kita bermula dari kepindahanku ke kota Duri dan bekerja disalahsatu perusahaan supplier oil and gas. Nggak pernah terpikir sebelumnya kalau kisahku akan seperti ini. Enam bulan awal masih kujalani biasa saja, dari Januari 2012 aku mulai bekerja diperusahaan ini dan hanya menghabiskan waktu dengan dia yang dulu selalu menyakitiku. Masa lalu memang hanya akan menjadi masa lalu, hanya akan menjadi suatu kisah yang seharusnya tidak perlu dikenang. Setengah tahun lebih menghabiskan waktu diperusahaan ini namun tidak sekalipun aku pernah melakukan Monthly HSE Meeting. Alasannya ya seperti biasa, wanita satu-satunya (waktu itu) diperusahaan ini yang sebenernya sangat malas pergi ke kayangan tempat lokasi pekerjaan yang jaraknya lumayan jauh dari kantor.

Akhirnya, seorang pegawai yang baru selesai cuti melahirkan mengajakku untuk meeting dan menikmati rasanya berada diantara banyaknya laki-laki. Pertama kali aku bertemu denganmu, yang kata kamu ada sesuatu hal aneh saat pertama melihatku. Ntah pertanda ntah hanya kebetulan saja. Kamu mencari segala alasan untuk mendekatiku, dari memintaku membuat sebuah foto dengan tulisan undangan buka puasa bersama hingga meminta nomor telponku yang sebenarnya bisa langsung diminta keteman-teman kantor lainnya. 

Pendekatanmu yang sangat kilat awalnya membuatku risih dan terganggu. Semua kata cintamu waktu itu seperti kebohongan dan hanya kepura-puraan. Sepertinya aku belum percaya, belum percaya dengan semua hal yang tiba-tiba terjadi. Belum sepenuhnya terima dengan semua masa lalumu, dengan semua kisahmu dulu. Akhirnya aku menjauh, menjauhkan hubungan yang baru mulai kita jalankan. Aku tau betapa sakitnya itu. 

Selanjutnya aku malah jalan dan berhubungan dengan orang lain. Malam itu kamu menanyakan apakah ada yang marah jika kita berhubungan, kata 'iya' dariku seperti bom waktu buatmu. Namun begitulah jalannya waktu itu. Memang seperti ini kisah kita disiapkan, agar kita bisa mengenangnya sebagai pengorbananmu yang tidak pernah berhenti menungguku.
Dan ketika kita mulai dekat lagi, aku mulai menghubungimu untuk pergi ke latihan badminton bersama-sama, sepertinya harapanmu mendekatiku terbuka lagi. Aku tau betapa senangnya kamu karena kita sudah satu tahun lebih tidak dekat lagi. Aku sebenarnya hanya mencoba saja, mencoba suatu hubungan lama yang sebelumnya sempat aku abaikan. Aku ingin merasakan dan menjalani lagi semua yang dulu pernah kamu ucapkan. Ingin mencari tahu apa sebenarnya yang aku rasakan terhadap kamu. Karena semakin aku dekat dengan mu, aku juga semakin dekat dengan keluargaku, semakin dekat dengan agamaku, semakin dekat dengan Allah.

Namun ketika aku mulai jujur dengan orangtua, mulai menceritakan tentang hubungan kita, tentang masa lalumu, tentang segalanya, ada keraguan dimata orangtuaku, keraguan apakah kamu nanti bisa membahagiakanku, bisa bertanggung jawab atas hidupku nanti. Ketakutan orang tua memang cukup mendasar, karena mereka hanya menginginkan kebahagiaan mutlak untuk anaknya. Ketika orangtuaku meragukanmu, kamu berhenti mendekatiku. Kamu menjauh, menjauhkan diri dari kehidupanku. Saat itulah aku mulai rapuh, mulai kehilanganmu. Seperti ini rasa yang dulu pernah kamu rasakan ketika aku mejauhimu. Sangat sakit.

Aku mulai takut, takut kehilanganmu lagi, takut kehilangan semua perhatian dan kasih sayangmu. Ketika itu, aku mulai menyadari bahwa aku tidak akan melakukan hal yang sama dua kali, aku mulai jujur dengan semuanya, jujur bahwa aku takut kehilanganmu, kehilangan kamu yang selalu menghubungiku, selalu mendengar semua ceritaku. Aku rindu kamu, rindu kamu yang selalu memperhatikanku. Aku tidak ingin kehilangan kamu lagi, dan saat itu juga kukatakan bahwa aku rindu kamu. Semua ucapanku malam itu sepertinya sangat membuatmu menggila. Aku tahu rasanya dikasih harapan kosong, aku juga pernah merasakan itu. Tapi yakinlah sayang, saat ini aku hanya tidak ingin kehilanganmu lagi.

Dan akhirnya kisah kita berlanjut secepat ini. Kisah singkat kita benar-benar diluar dugaan, kamu menyatakan betapa kamu cinta aku, kamu melamarku, kamu meminta secepatnya hubungan ini di resmikan, kamu mengajakku menikah secepatnya dengan alasan tidak ingin kehilanganku lagi. Aku juga tidak ingin kehilangan kamu lagi sayang. Aku mencintai kamu.

Bagaimana sayang? Penantianmu tidak sia-sia kan? Akhirnya kamu berhasil, menunggu sesuatu yang seharusnya memang kamu tunggu. Menolak semua yang datang padamu demi menungguku. Aku tidak akan menyia-nyiakan mu lagi sayang. Seperti yang selalu kamu katakan "Nunggunya lama, ngedapatinnya susah, ga akan aku kecewain kamu, kamu bakalan aku jaga terus seumur hidup aku."

Persiapan kita sudah hampir rampung, kita hanya perlu menunggu waktu itu tiba. Waktu yang paling kutunggu seumur hidupku, waktu dimana kita mengucapkan janji suci itu. Selamanya seperti ini ya sayang, selamanya mencintaiku, mendukungku, dan tidak pernah meninggalkanku. I love you calon suami ku :)